Penurunan Tanah Menambah Kompleksitas Adaptasi Iklim di Kota Pesisir

  • 06 November 2022
  • 01 Min read

Permukiman yang perlahan tenggelam di Pekalongan. Sumber: Dokumentasi pribadi, Idham Effendi

ARTICLE

Penulis:

  • Rendy Bayu Aditya – Bartlett School of Planning, UCL;
  • Idham Effendi – Groundwater Research Group, the University of Sheffield

Saat target-target mitigasi iklim belum berhasil dicapai, potensi bencana akibat adanya perubahan iklim akan senantiasa terjadi dan bahkan meningkat setiap tahunnya. Kondisi ini menempatkan penduduk Indonesia pada status rentan terhadap ancaman bencana akibat adanya perubahan iklim, seperti misalnya kenaikan permukaan air laut dan banjir. Area pesisir dinilai memiliki tingkat kerentanan lokasi lebih tinggi karena potensi beberapa bencana yang mengancam sekaligus. 

Menuju COP27, melalui kasus penurunan tanah di Pekalongan, kami mencoba memaparkan kompleksitas yang dihadapi agenda adaptasi iklim yang terjadi di Indonesia terutama di kota-kota pesisir.

Pertama, kami menjelaskan kaitan antara penurunan tanah, naiknya permukaan air laut, genangan pesisir, serta kelangkaan air bersih yang mengancam Pekalongan dan kota pesisir Indonesia lainnya secara bersamaan. Selanjutnya kami menjelaskan beragam strategi adaptasi baik yang bersifat inkremental (respon cepat dan jangka pendek) – beberapa diantaranya sudah umum dilakukan –  maupun yang bersifat transformatif (mengakar dan jangka panjang) untuk memperlambat penurunan tanah.