PHD LIFE HACKS

Penulis: Andi Misbahul Pratiwi (PhD in Gender and Climate Change, School of Geography, University of Leeds)

Dampak perubahan iklim paling nyata yang terjadi di wilayah pesisir Jawa Tengah adalah banjir rob akibat kenaikan muka air laut secara ekstrem dan cepat. Banjir rob dialami oleh warga setiap harinya dan telah menjadi bagian dari keseharian mereka (everyday disaster). Penelitian saya berfokus pada bagaimana perempuan nelayan merespons dampak berbasis gender dari perubahan iklim di wilayah pesisir Jawa Tengah. Sebagai peneliti kualitatif yang menggunakan metode wawancara mendalam, diskusi kelompok terfokus (DKT), dan lokakarya kreatif, saya harus mengunjungi para perempuan nelayan di tempat tinggal mereka yang terdampak banjir rob secara langsung. Melakukan penelitian lapangan di tengah bencana iklim menjadi sebuah pengalaman berharga bagi saya. Berikut 5 tips untuk memastikan keamanan, kesehatan fisik, dan kesejahteraan mental selama penelitian:

1. Kumpulkan Informasi dan Bangun Kontak dengan Masyarakat Setempat

Penting untuk mendapatkan informasi yang menyeluruh mengenai banjir rob. Misalnya, titik-titik mana saja yang tertutup banjir, berapa ketinggian air, jam berapa air surut, dan moda transportasi apa yang aman. Selain itu, jangan lupa untuk membangun kedekatan dengan masyarakat setempat sejak awal. Dengan demikian, kita dapat dengan mudah memantau ketinggian air secara berkala melalui komunikasi dengan warga. Informasi ini sangat bermanfaat untuk menentukan jadwal pengumpulan data. Dalam konteks lokasi penelitian saya, banjir rob akan tinggi pada jam 12 siang. Saya selalu datang pada pagi hari dan keluar desa sebelum banjir semakin tinggi.

2. Pilih Transportasi yang Sesuai

Di tengah banjir rob, akses menuju dan keluar desa menjadi sangat sulit. Saya menggunakan variasi dan kombinasi moda transportasi selama di lapangan. Di desa pertama saya menggunakan motor pribadi, kemudian melanjutkan perjalanan dengan angkot atau dokar untuk melewati bagian jalan yang terkena air rob, lalu dijemput oleh warga dengan motor. Di desa lainnya, saya menggunakan motor pribadi, lalu dilanjutkan dengan berjalan kaki. Apabila air rob tinggi, maka saya akan menggunakan perahu sewa yang biasa digunakan warga untuk antar jemput. Kombinasi dan variasi moda transportasi ini adalah upaya untuk menghindari air rob yang akan berdampak pada kesehatan fisik. Informasi mengenai moda transportasi ini saya dapatkan dari hasil komunikasi dengan warga setempat.

3. Jaga Kesehatan Kaki

Banjir rob dapat memengaruhi kesehatan kaki karena airnya yang kotor. Penting untuk selalu memperhatikan dan mengutamakan kesehatan kesehatan kaki karena dapat membuat gatal-gatal, panas, kering, dan berjamur. Para narasumber menceritakan bahwa air rob membuat kaki mereka berjamur dan gatal-gatal karena kombinasi antara air asin, kontaminasi sampah, dan air saluran pembuangan. Saya memperhatikan kesehatan kaki dengan beberapa upaya ini: a) menggunakan sandal jepit agar air tidak terperangkap; b) segera membersihkan kaki setelah terpapar air rob dan tidak menunda; d) gunakan sepatu boots apabila diperlukan; c) konsultasi ke dokter apabila ada indikasi gatal atau panas yang tak kunjung reda.

4. Amankan Data Segera

Saya selalu menyiapkan untuk situasi terburuk. Bagaimana bila tas saya jatuh ke air? Bagaimana kalau penyimpan suara rusak atau hilang? Hal ini membuat saya untuk berhati-hati dan memiliki rencana cadangan terkait penyimpanan data. Saya tidak menunda untuk melakukan penyimpanan data di cloud. Setelah melakukan kegiatan di desa, saya segera mengirim data dari perekam suara ke Google Drive. Saya juga langsung mengunggah semua gambar selama pengumpulan data sebelum keluar dari desa dan melewati banjir rob. Hal ini untuk memastikan bahwa apabila kejadian buruk terjadi, data saya tidak hilang.

5. Ambil Waktu Sejenak

Mengambil waktu sejenak untuk keluar dari lokasi penelitian sangatlah diperlukan. Pertama, ini membantu kita untuk merefleksikan proses penelitian. Dari sini kita bisa mengatur ulang atau mempertajam proses penelitian selanjutnya. Kedua, sebagai waktu istirahat tubuh dan pikiran. Ini dilakukan agar kita terhindar dari kelelahan akibat kerja (burnout). Jangan sungkan juga untuk mengakses layanan kesehatan mental apabila dibutuhkan. Dalam konteks saya, tidak mudah untuk selalu melihat situasi sulit yang dialami warga di tengah banjir rob. Saya menyaksikan bagaimana jalan rusak, jalan tertutup air, dan bahkan rumah-rumah tenggelam. Ditambah lagi dengan cerita-cerita dari narasumber dan pengalaman langsung merasakan dampak perubahan iklim. Tidak hanya pikiran saya yang “memproses” tetapi tubuh saya juga “mengalami” (embodied experience).

Melakukan penelitian di lokasi bencana adalah hal yang menantang, baik secara secara fisik dan mental. Penting bagi seorang peneliti untuk memperhatikan bukan hanya kesejahteraan narasumber tetapi juga kesejahteraan dirinya selama pengumpulan data. Terakhir, di dalam tubuh dan pikiran yang sehat terdapat riset yang mantap.

Keterangan:

Artikel ini merupakan aset pengetahuan organisasi dengan nomor registrasi DOCTRINE UK No. 2024-06-27-Articles. Doctrine UK tidak bertanggung jawab atas pandangan yang diungkapkan dalam tulisan dan pandangan tersebut menjadi tanggung jawab penulis sepenuhnya.